JANGAN RAKYAT MENJADI KORBAN POLITIK
Jangan lagi Rakyat menjadi korban Politik
PASCA melihat nestapa Kampung Aquarium, Pak Jaya Suprana minta saya datangi Rusun Rawa Bebek. Tempat korban gusuran direlokasi. Kata buzzer dan media bangkrut, Ahok memanusiakan warga di rusun ini.Faktanya nggak begitu. Rusun masih baru. Mentereng. Tapi semua orang di sana dirundung kesedihan. Semuanya mengeluh. Mulai dari penyakit kulit, sanitasi buruk, air yang kotor, listrik mahal.
Tidak ada kehidupan di rusun itu. Panas. Gersang. Terik. Warga mengeluh kehilangan sumber nafkah. Ahok relokasi mereka 25 km dari tempat mereka mengais rezeki.
Kasus Sumber Waras masih panas. Ahok tuding mereka yang tolak relokasi sebagai “pengintai turap”.
Aliansi Masyarakat Jakarta Utara bikin aksi unras di depan Balaikota. Sekitar 500 orang ambil bagian. Ada penyusup. Spanduk “Ganyang Cina” tiba-tiba muncul di Menteng sewaktu demonstran bergerak menuju Gedung KPK.
Forum RT RW semakin keras lawan Ahok. Ratna Sarumpaet dan Lieus Sungkharisma dampingi warga Aquarium. Mereka bikin long march menuju Istana. Tagih janji presiden.
Kedatangan Ahok mulai ditolak. Acara peresmian taman kerap diwarnai demonstrasi. Kulminasinya, Ahok dihujani batu di Penjaringan. Dua pelajar SMU PSKD ditangkap Polres Utara. Saya di lokasi menyaksikan aksi lempar batu itu. Polisi menembaki gas air mata. Sampai magrib bentrokan berlangsung.
Jakarta terus digenangi air. Setiap kali hujan, ada saja daerah kebanjiran. Klaim sukses Ahok atasi banjir runtuh. Kemacetan tetap jadi endemik ibukota.
Anak buah Ahok bikin heboh. Bos PD Dharma Jaya mengeluarkan rencana Shalat Jumat dua shift. Rencana ini bikin marah umat Islam se-Indonesia.
Bursa bakal cagub dimulai. Ahok konsisten mau nyagub via jalur independent. Teman-temannya mengklaim sukses ngepul sejuta KTP, dibantu partai gurem PSI. Booth-booth KTP Ahok jadi bahan ledekan. Tiba-tiba Ahok nyatakan maju via parpol. Setnov jadi mentor utamanya. Grass root PDIP nyatakan lawan Ahok.
Godmother PDIP merilis veto. Ahok jadi calon gubernur. Boy Sadikin mundur. Kader penjilat yang sebelumnya keras lawan Ahok mendadak jadi jurkamnya. Malah ada yang tiba-tiba jadi penyanyi. Bikin video klip konyol.
Nasib korban gusuran Pasar Ikan gak berubah. Mereka tidur di atas puing. Di dalam tenda-tenda donasi Pak Prabowo dari Gerindra. Media bikin heboh dengan berita rencana Ahok gusur Bukit Duri.
Kembali, Pak Jaya Suprana minta saya temui Sandyawan Sumardi di Sanggar Ciliwung Merdeka.
Di sana, saya baru tahu bahwa sewaktu kampanye pilgub, Ahok (dan Joko) berulang kali janji nggak bakal gusur mereka. Malah, warga dijanjiin akan dibikinin sertifikat rumah. Ada video Joko ngomong begitu. Namun alas, pasca Ahok berkuasa, Bukit Duri digusur.
Oktober 2016, Ahok bikin heboh dengan pidato di Pulau Seribu. Aksi Bela Islam digelar. Berturut-turut sampe 3x. Polisi baru menjadikan Ahok tersangka menjelang Aksi Bela Islam III. Sebelas orang, termasuk Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani, Sri Bintang, Jendral Kivlan Zein ditangkap tanggal 2 Desember. Tuduhannya makar.
Ahok bikin marah satu republik saat dia menolak cuti. Alasannya macem-macem. Mulai dari El Nina sampe seolah-olah pengen dinilai sebagai pekerja yang rajin.
Akhirnya, gugatan nggak cuti ditolak MK. Ahok terpaksa blusukan. Ditolak di mana-mana. Statusnya sebagai tersangka penoda agama tapi tetap bisa nyagub bikin marah banyak orang. Saat kampanye, Ahok mendadak jadi baik. Janji (lagi) nggak akan gusur warga di Pasar Minggu.
Putaran 1 pilgub, Ahok sabot 40 persen. ASA di urutan kedua. Agus-Silvi masuk kotak. Bikin kaget. Besaran budget, kecurangan, dan Iwan Bopeng nggak sanggup menangkan Ahok satu putaran.
Salah satu kunci sukses timses Ahok adalah nakut-nakutin emak-emak non majelis taklim. Mereka bilang, Ahok kalah KJP hilang.
Hasil pilgub putaran 1 bikin masyarakat kian meradang. Gerakan spontan tolak menyolatkan jenazah ahoker merebak. Spanduk-spanduk dipasang. Swadaya masyarakat. Stiker KJP Plus dicetak. Semua mujahid bertekad tumbangkan Ahok.
Sumber: Zeng Wei Jian
Komentar